Malam
ini sama seperti malam-malam yang sebelumnya
Dingin
menusuk tulang
Meski
angin tak bertiup kencang, meski gemintang dan bulan bersemangat menerangi
langit
Aku
tetap meringkuk memeluk kesendirian
Bilapun
cahaya bulan purnama menerangi pun tak mampu menghangatkanku
Jiwaku
sudah terlanjur membeku menjadi gletser yang tidak dapat dicairkan
Kesendirian ini telah membekukan
segala jiwaku
Mentari yang seharusnya mampu
mencairkan gletser itu telah padam untuk selamanya
Menghilang ditelan gerhana total
yang mengerikan
Gelap gulita
Hanya
untuk berusaha mencairkan gletser, berusaha mengeluarkanku dari kedinginan
Tak
akan ada yang berubah
Aku
masih akan tetap kedinginan memeluk sendiri
Karena
bulan purnama sekalipun masih saja pantulan dari mentari
Dan
mentari itu telah pergi
Dan
bulan purnama pun tak lagi memiliki arti
Di
mataku cahayanya telah lenyap, ia hanyalah benda tanpa daya
Andaikata ada yang membawakan
mentari ke dua
Tetap tak ada gunanya, sebab bagiku
yang mencairkan gletser ini hanyalah mentariku
Mentari yang lain hanya akan
membuatku semakin membeku
Malam
kembali datang siangpun pulang
Tapi
bagiku siang dan malam tak pernah ada bedanya
Sebab
ketika siang tiba pun, ia tak akan bersinar tidak akan
Sebab
panasnya telah hilang, sebab ia telah benar-benar kehilangan sinarnya
Menjadi
planet kerdil yang akan hilang di telan semesta
Dan
aku selamanya kan memeluk sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar