Lelah
menunggu tak kunjung datang
Telah
kering kerontang tenggorokan
Menjerit-jerit
semua orang, memohon, tersiksa
Laksana
pahlawan kedatanganmu ditunggu banyak orang
Lalu kau turun dari langit yang
tinggi
Di iring guntur membelah memecah
langit
Diantar awan-awan gelap kau turun
dengan anggun
Meledaklah rasa bahagia manusia,
Di puja lah kau, dianggap sebagai
penyelamat derita mereka
Namun
tak begitu kenyataannya..
Kau
turun sungguh tak terkira, membawa pasukanmu membasahi dunia tanpa jera
Hari
berlalu bulan pun berlalu, tak jua kau hentikan dirimu
Semua kesenangan pudar, berganti
jeritan horor dimana-mana
Air bah datang dari segala sisi,
menghancurkan meluluh lantakan
Kau tetap tak henti, masih terus
turun ke bumi
Dulu kau yang dipuja, tapi kini
mereka berbalik menghujatmu
Berharap kau segera hilang dan
berganti dengan sang surya
Tapi
tak pernah sadar manusia
Air
bah, banjir bahkan bukan salahmu
Kalau
bukan karena mereka, pepohonan tak mungkin musnah
Kalau
bukan salah manusia, sampah tak mungkin teronggok di sungai
Kini kau mulai berhenti, menghilang
dari bumi
Sisa-sia pasukanmu di bumi menjadi
genangan tumpah ruah
Mengeluhlah manusia, katanya
gara-gara engkau rumah mereka terendam
Padahal
tak mengertilah mereka, perbuatan mereka sendirilah yang membuatmu jadi bencana
Saat kau pergi dan tak kembali, mereka kembali
meminta
Tapi kini kau sudah tak peduli..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar