Minggu, 08 November 2015

Hujan



Lelah menunggu tak kunjung datang
Telah kering kerontang tenggorokan
Menjerit-jerit semua orang, memohon, tersiksa
Laksana pahlawan kedatanganmu ditunggu banyak orang

            Lalu kau turun dari langit yang tinggi
            Di iring guntur membelah memecah langit
            Diantar awan-awan gelap kau turun dengan anggun
            Meledaklah rasa bahagia manusia,
            Di puja lah kau, dianggap sebagai penyelamat derita mereka
Namun tak begitu kenyataannya..
Kau turun sungguh tak terkira, membawa pasukanmu membasahi dunia tanpa jera
Hari berlalu bulan pun berlalu, tak jua kau hentikan dirimu
            Semua kesenangan pudar, berganti jeritan horor dimana-mana
            Air bah datang dari segala sisi, menghancurkan meluluh lantakan
            Kau tetap tak henti, masih terus turun ke bumi
            Dulu kau yang dipuja, tapi kini mereka berbalik menghujatmu
            Berharap kau segera hilang dan berganti dengan sang surya
Tapi tak pernah sadar manusia
Air bah, banjir bahkan bukan salahmu
Kalau bukan karena mereka, pepohonan tak mungkin musnah
Kalau bukan salah manusia, sampah tak mungkin teronggok di sungai
            Kini kau mulai berhenti, menghilang dari bumi
            Sisa-sia pasukanmu di bumi menjadi genangan tumpah ruah
            Mengeluhlah manusia, katanya gara-gara engkau rumah mereka terendam
Padahal tak mengertilah mereka, perbuatan mereka sendirilah yang membuatmu jadi bencana
Saat kau pergi dan tak kembali, mereka kembali meminta
Tapi kini kau sudah tak peduli..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar