Kurasa kini kisahku sudah hampit
tiba diakhirnya. Kini apa kau mulai percaya dengan segala yang kukisahkan?
Misteri selalu berputar di sekeliling kita, percaya atau tidak, sadar atau
tidak semua itu terserah pada dirimu sendiri. Tak akan ada yang bisa
memaksanya. Terkadang untuk membuktikan kebenaran suatu misteri tak perlu
rumus-rumus sulit, kau hanya perlu memperhatikan dengan teliti, dan kau pun
akan menemukan jawabannya. Menyenangkan sekali bukan bermain-main dengan kata
misteri. Tapi, jangan kau pikir kisahku akan berhenti di sini begitu saja. Aku
masih punya kisah yang akan kuceritakan.
Misteri 6 : Patung
Suasana kelas begitu riuh meski bel
masuk belum berbunyi. Dua orang lelaki tampak menjadi pusat perhatian dan
keributan kecil pagi itu. Berdiri berhadapan mereka saling ngotot entah apa
yang diperdebatkan. Teman-temannya yang lain, bukannya menghentikan justru
malah ikut meneriaki agar suasana semakin panas. Salah satu lelaki itu bernama
Rendra tampak yang paling ngotot, sementara lawannya Ilo justru menanggapinya
dengan santai.
“ Jadi maksudmu aku bohong gitu?”
tanya Rendra dengan nada tinggi. Ilo hanya mengedikan bahu.
“ Aku nggak bermaksud begitu, hanya
saja ceritamu sungguh nggak masuk diakal. Hantu katamu? Mungkin kamu hanya
berhalusinasi aja Ren. Hantu itu nggak ada.” jawab Ilo.
“ Hantu itu ada, dan semalem aku
liat buktinya. Patung kepala di ruang seni itu memelototiku dan mengeluarkan
air mata darah.” geram Rendra. Ilo menggeleng tapi lelah mengomentari. Semua
pendapatnya dipentalkan oleh kekerasan kepala Rendra yang memang dikenal tidak
pernah mau kalah.Ilo hanya mengabaikan Rendra yang masih misuh-misuh.
“ Tunggu aku belum selesai bicara!”
bentak Rendra. Ilo menoleh malas. Sorot matanya seolah bertanya “ Ada apa? Aku
nggak mau berdebat denganmu.”
“ Kalau kau memang ingin bukti nanti
malam dateng aja ke ruang seni !” Ilo diam sejenak. Sebenarnya ia tidak percaya
dengan hal-hal misteri yang diucapkan Rendra, tapi untuk memuaskan Rendra tampaknya
tak ada salahnya mencoba. Ilo mengangguk tanda menyutujui tantangan Rendra.
Bersambung...
Malam
telah datang. Mentari sudah lama menggelam digantikan oleh cahaya rembulan yang
cukup terang. Seorang lelaki bersama beberapa teman wanita dan prianya memasuki
salah satu bangunan gedung sekolah. Mereka datang untuk membuktikan kebenaran
cerita Rendra yang tadi pagi menjadi bahan perdebatan. Kata Rendra patung
manuisa yang ada di ruang seni akan memandangi orang yang datang dan
mengeluarkan air mata dara. Sebuah cerita yang konyol menurut Ilo, membuat
perdebatan mereka berdua.
Ilo dari awal memang tak pernah
percaya pada hal-hal semacam itu. Begitu banyak cerita misteri di sekolah
mereka dan tak satupun yang berhasil membuatnya ketakutan atau setidaknya
penasaran. Lelaki itu selalu beranggapan semua hal di dunia ini dapat
dipecahkan dengan otak. Asalkan kau berpikir dengan benar, maka jawaban akan
selalu tersedia. Karena itu menurutnya cerita misteri yang sering dceritakan
teman-temannya hanyalah sebuah kebohongan yang sama sekali tidak nyata.
“ Semoga aja penjaga sekolah nggak
patroli.” harap Indah, salah satu teman Ilo yang ikut. Ilo mengangguk setuju.
Urusan ini pasti sangat merepotkan kalau tiba-tiba penjaga sekolah mereka yang
menyeramkan datang.
Suara berdecit pintu dibuka sedikit
membuat takut. Keadaan ruangan seni sangat gelap. Lelaki itu kemudian
mengarahkan senternya ke dalam ruangan. Ia terus mengedarkan sinar dari
senternya ke seluruh bagian ruangan. Sinar dari senternya berhenti saat ia
menemukan sebuah patung yang menjadi permasalah Ilo dan Rendra. Teman-temannya
langsung merapat ke sisinya ketika tahu patung yang menjadi persoalan telah
ditemukan.
“ Sudah kuduga patung itu terlihat
menyeramkan.” seru Indah.
“ Itu hanya patung. Benda mati tak
memilliki nyawa.” komentar Ilo pendek. Tiba-tiba saja salah satu dari temannya
bertertiak membuat fokus Ilo terpecah.
“ Kenapa Rik?” tanyanya. Orang yang
dipanggil Erika hanya menunjuk ke arah patung yang berada tak jauh dari mereka.
“ Patung itu ngeliatin kita. Sorot
matanya bener-bener nyeremin.” cicit Erika. Ilo kembali memfokuskan sinar
senter pada patung yang dimaksud. Entah apa yang terjadi saat sinar senter dari
Ilo mengenai patung itu, tiba-tiba saja air mata darah keluar dari mata patung
membuat geger dan histeris teman-teman Ilo.
“ Lo Rendra bener, patung itu
bener-bener idup. Apa yang harus kita
lakukan?” gugup Dion. Ekspresi wajah Ilo sama sekali tidak berubah, tetap
memandang datar pada patung itu. Tak lama, ia segera menggandeng tangan
teman-temannya lebih dekat dengan patung itu.
“ Baiklah kalian nggak perlu takut.
Patung ini sama sekali nggak bisa begerak ataupun menakuti kalian. Kalian
tertipu, benar begitu kan Rendra?” kata Ilo. Bingo tepat sekali. Di bawah meja tempat Patung itu
diletakan ada Rendra. Apa yang Rendra lakukan di situ? Tentu saja membuat Ilo
dan teman-temannya ketakutan dan mempercayai ceritanya.
“ Kenapa kamu yakin sekali patung
ini nggak hidup Lo?” tanya Indah lagi. Ilo menarik napas berat.
“ Kalian itu sudah disugesti bahwa
patung ini akan memandang kalian. Liat aja lebih dekat. Patung ini tidak
memiliki pandangan kemanapun. Saat kita mendengar cerita ini dan
mempercayainya, maka itu akan membuatmu merasa jika patung itu seolah
memandangmu.” jelas Ilo.
“ Lalu bagaimana air mata darah itu?”
tanya Indah selanjutnya. Ilo hanya tersenyum tipis dan semakin dekat dengan
meja. Ia kemudian jongkok dan mengintip tepat di depan Rendra.
“ Bagaimana kalau kita dengarkan
penjelasannya dari pelaku sendiri?” ucapnya membuat Rendra kaget setengah mati.
Botol kecil yang ia bawa sampai terlepas dari tangannya.
“ Jadi, saat perhatian kita
teralihkan oleh kasus patung itu memandangmu,Rendra dengan cepat meneteskan
betadin ini ke sudut mata patung. Dalam keadaaan gelap tak ada yang tahu apa
cairan itu.. Dan warnanya yang merah membuat berpikir itu adalah darah. Jelas?”
Teman-teman Ilo hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Ilo.
“ Nah sekarang ayo kita pulang. Dan
Rendra sebaiknya kau nggak lagi menyebarkan cerita bohong itu lagi.” nasihat
Ilo membuat mata Rendra melotot kesal. Ia memang membuat patung itu sesuai
dengan ceritanya, tetapi ia tidak pernah bermaksud untuk membohongi
teman-temannya.
Saat mereka berbalik dan
meninggalkan ruangan, saat itulah Ilo menyadari ada yang aneh. Seorang gadis
yang sebelumnya tak ada di ruangan itu mendadak muncul tersenyum ke arahnya.
Nampaknya ia telah melihatku. Ilo hanya terdiam beberapa saat sebelum akhirnya
pergi meninggalkan ruangan bersama teman-temannya. Aku hanya tertawa
melihatnya, tampaknya aku masih punya bahan kisah lain untuk diceritakan.
Kisahku kali ini memang sangat tidak misterius, tapi itu hanyalah sebuah awal.
Awal dari sebuah akhir yang semakin mendekat.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar